Menerapkan Strategi Retorika dalam Dunia Profesional
Jika Anda ingin dapat menggunakan komunikasi untuk melibatkan dan membujuk audiens, maka Anda perlu memperhatikan strategi retorika dan retorika secara umum. Retorika adalah studi tentang komunikasi tertulis dan verbal. Perumpamaan, metafora, dan aliterasi, serta logos, ethos, dan pathos. Semua ini adalah metode untuk berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan retorika.
Apa Itu Strategi Retorika?
Komunikasi yang efektif menggunakan strategi retorika sebagai mekanisme yang mendorong tindakan atau membujuk orang lain. Retorika dapat digunakan di seluruh media tertulis dan lisan untuk mengelola pandangan pendengar, serta memastikan pesan tertentu tersampaikan secara efektif.
Strategi retorika dalam pidato
Strategi retorika sering digunakan dalam pidato. Pembicara motivasi, politik, dan bahkan pendidikan menggunakan retorika untuk mengarahkan kelompok agar berpikir dengan cara tertentu atau menyelesaikan suatu tindakan dengan menekankan poin-poin tertentu dengan cara yang disengaja. Demikian pula, retorika merupakan taktik argumentatif yang kuat untuk digunakan selama debat.
Strategi retorika dalam menulis
Retorika juga digunakan dalam banyak literatur untuk berkomunikasi lebih jauh dengan pembaca. Strategi retorika dapat memperkuat komunikasi tertulis dan pemahaman pembaca. Membujuk tidak selalu berarti meyakinkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat berarti menggunakan kata-kata untuk membuat pembaca melihat suatu situasi sesuai dengan keinginan Anda.
Secara tradisional, strategi retorika menggabungkan tiga unsur yang membentuk sebuah argumen yang menarik. Strategi persuasif atau himbauan retorika meliputi:
- Logos: Strategi retorika ini menggunakan logika dan penalaran logis sebagai taktik untuk membujuk.
- Ethos: Terkait dengan kata ethos, etos adalah pembentukan kredibilitas Anda. Ini adalah cara untuk meyakinkan pendengar bahwa Anda harus didengarkan.
- Pathos: Emosi adalah bagian penting dari komunikasi dan interaksi. Pathos menggunakan emosi sebagai alat untuk membujuk pendengar atau pembaca.
Apa Itu Logos?
Logos mengacu pada strategi persuasif yang menggunakan penalaran logis dalam menyusun argumen Anda. Ini berarti menggunakan proses menentukan fakta dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti.
Meskipun logos adalah bagian yang kuat untuk membujuk pihak lain, berhati-hatilah dalam menggeneralisasi satu statistik tertentu agar sesuai dengan skenario yang lebih luas yang mungkin tidak realistis atau terlalu bersemangat. Mungkin sulit untuk tidak menjadi panas dalam debat ketika Anda memperdebatkan poin yang Anda anggap sebagai fakta, tetapi terlalu banyak menggunakan emosi dapat menjadi kontraproduktif.
Orang lebih nyaman dengan bukti. Jika pendapat, pidato, atau literatur Anda dapat memberikan logika dan bukti, audiens Anda akan merespons dengan lebih positif.
Logika melibatkan pemikiran induktif dan deduktif. Berikut penjelasannya:
Pemikiran induktif
Penalaran induktif adalah cara untuk mendapatkan kesimpulan yang luas berdasarkan pengamatan dan pengalaman spesifik. Sebagai contoh, “Tanaman di jendela selatan tumbuh lebih subur daripada tanaman di jendela utara – spesies tanaman tersebut pasti lebih menyukai cahaya dari selatan”.
Sebagai strategi retorika, penalaran induktif sangat ampuh untuk membuat pendengar Anda setuju dengan cara berpikir Anda tentang topik yang lebih luas. Tentu saja, Anda harus berhati-hati untuk tidak membuat lompatan cepat dari beberapa contoh ke klaim yang berani dan luas, atau pendengar Anda mungkin akan menjadi curiga.
Pemikiran deduktif
Penalaran deduktif sama seperti penalaran induktif, namun secara terbalik. Dengan kata lain, Anda memulai dengan kebenaran umum, dan dari situ Anda menalar fakta-fakta yang lebih spesifik. Misalnya, “Buku ini mengatakan bahwa tanaman rumah ini lebih menyukai banyak cahaya, jadi saya akan menaruhnya di ruangan yang paling terang di rumah saya”. Dengan pemikiran deduktif, penting agar kebenaran pembuka Anda diterima secara luas oleh audiens, atau mereka akan lebih sulit mengikuti Anda ke argumen yang lebih spesifik.
Apa Itu Ethos?
Ethos adalah istilah dalam retorika yang menunjukkan kredibilitas Anda kepada orang-orang yang berkomunikasi dengan Anda. Tidak peduli seberapa faktual atau berempati Anda, jika pihak lain tidak mempercayai Anda atau keandalan informasi yang Anda gunakan, mereka tidak akan terbujuk oleh argumen Anda. Membangun ethos adalah kunci dalam retorika yang sukses.
Membina kualitas ethos dalam gaya argumentasi Anda dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
- Menggunakan dan mengutip sumber-sumber yang dapat dipercaya.
- Membangun hubungan baik dengan audiens.
- Menjaga rasa hormat.
- Menyajikan informasi yang terorganisir dan dipersiapkan dengan baik.
- Memperhatikan nada bicara dan hubungan Anda dengan audiens.
- Memberikan informasi tentang latar belakang dan keahlian Anda.
- Menggambarkan pendapat yang bertentangan secara akurat.
- Menetapkan nilai-nilai dan keyakinan bersama.
Penting juga bagi Anda untuk menangkap semua kesalahan tata bahasa dan kesalahan pengejaan dalam dokumen tertulis Anda, karena pembaca sangat keras dalam menilai kewenangan Anda berdasarkan kemampuan Anda untuk melakukan hal-hal kecil dengan benar. Hal ini juga berlaku untuk pidato, di mana tersandung pada frasa atau salah mengucapkan kata dapat melemahkan persepsi audiens tentang Anda sebagai seorang ahli.
Apa Itu Pathos?
Pathos adalah bagian ketiga dari strategi retorika. Tujuan dari pathos adalah untuk melibatkan emosi audiens. Meskipun terlalu mengandalkan emosi dalam komunikasi dapat menjadi bumerang, namun dengan memanfaatkannya, retorika Anda akan menjadi lebih efektif.
Meskipun Anda tidak ingin terlalu emosional dalam menyampaikan logika pendirian Anda, namun melibatkan emosi audiens atau mengakui nilai-nilai mereka bisa sangat membantu. Orang-orang memperhatikan pembicara atau penulis yang mereka anggap sebagai orang yang mereka hormati dan lebih cenderung merespon secara positif.
Dengan mengingat hal ini, jangan pernah menggunakan kesedihan dan memanfaatkan emosi audiens untuk memanipulasi atau mengalihkan perhatian dari masalah. Ini harus menjadi taktik yang digunakan untuk memajukan kebenaran sebuah agenda, bukan untuk mengacaukan pesan yang sebenarnya.
Ada dua cara utama untuk menggunakan pathos dalam komunikasi Anda, yaitu:
- Mengatasi prasangka dan kekhawatiran pendengar. Dalam lingkungan akademis dan profesional, Anda juga dapat menganggap pathos sebagai kecenderungan awal pembaca atau pendengar terhadap topik tersebut. Dengan kata lain, jika Anda tahu bahwa orang-orang yang Anda hadapi memiliki masalah tertentu dengan topik yang Anda bahas, memenuhi kebutuhan tersebut dalam presentasi Anda akan menarik pathos audiens.
- Persuasi melalui cerita. Bercerita juga ampuh untuk menyampaikan daya tarik emosional dari argumen Anda. Misalnya, serangkaian spreadsheet mungkin memiliki semua angka yang tepat, tetapi satu cerita tentang pelanggan yang memiliki pengalaman positif mungkin jauh lebih efektif untuk membujuk audiens Anda terhadap suatu tindakan.
Strategi Retorika yang Umum Diterapkan
Retorika dapat bermanfaat bagi Anda jika Anda ingin meningkatkan kemampuan komunikasi persuasif Anda. Keterampilan retorika dan komunikasi sama pentingnya, baik jika Anda adalah seorang karyawan perusahaan besar yang mencari cara untuk berkomunikasi lebih baik dengan tim Anda atau seorang mahasiswa yang sedang mempertimbangkan cara menulis email persuasif kepada profesor. Memahami retorika dapat secara signifikan meningkatkan keberhasilan Anda dalam debat, pidato, atau komunikasi tertulis.
Berikut ini adalah beberapa strategi retorika yang dapat dicoba untuk meningkatkan kemampuan persuasi dan komunikasi Anda secara keseluruhan, di antaranya:
1. Similes
Tujuan penggunaan simile adalah untuk membandingkan dua hal untuk membangun hubungan dan membawa audiens Anda pada pemahaman bersama. Ini adalah strategi retorika yang populer dalam literatur dan penulisan karena dapat menarik perhatian. Simile memberikan gambaran yang lebih jelas tentang konsep yang ingin Anda sampaikan.
2. Methapors
Banyak orang bingung tentang perbedaan antara simile dan methapors. Simile menggunakan kata pembanding, seperti “seperti” atau “sebagai”. Methapors tidak menggunakan kata-kata ini, yang sering kali memperhalus pasangan yang tidak biasa. Methapors lebih langsung dan menuntut perbandingannya sebagai satu dan sama untuk memunculkan pemahaman pada pendengarnya.
3. Anadiplosis
Anadiplosis adalah taktik retorika yang mengimplementasikan penggunaan pengulangan tertentu di antara kalimat untuk menekankan suatu poin atau kata. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa yang sama di akhir kalimat yang Anda gunakan untuk memulai kalimat berikutnya. Hal ini digunakan untuk menekankan suatu poin, memancing keinginan pendengar untuk mendengarkan, dan memanipulasi persepsi pendengar tentang topik tersebut.
4. Aliterasi
Mirip dengan anadiplosis, aliterasi menggunakan pengulangan untuk menarik perhatian audiens. Namun, aliterasi lebih puitis dan liris dalam penggunaannya, membuatnya ideal untuk komunikasi tertulis. Hal ini dilakukan dengan mengulang bunyi konsonan di seluruh kalimat. Aliterasi memiliki cara memutar suara untuk membuatnya terdengar lebih menarik atau menarik dan sering kali dapat menarik perhatian penerima.
5. Rhetorical questions
Membiarkan sebuah pertanyaan menggantung di udara selama pidato, interaksi tertulis, atau percakapan sederhana dapat memberikan dampak positif pada kesan audiens Anda. Mengajukan pertanyaan retorik berarti mengajukan pertanyaan tanpa mengharapkan atau memberikan jawaban sebagai imbalan, membiarkan pendengar merenungkannya atas kemauan mereka sendiri. Sering kali orang mengambil keputusan berdasarkan apa yang dikatakan orang lain kepada mereka. Namun, jauh lebih ampuh untuk memberikan pertanyaan kepada seseorang dan membiarkan mereka menarik kesimpulan sendiri. Tentu saja, taktik ini hanya bisa berhasil jika audiens sampai pada kesimpulan yang sama dengan yang Anda inginkan. Untuk mengakomodasi fakta ini, pastikan Anda mempertimbangkan dengan cermat struktur pertanyaan retorik agar lebih lugas sebelum mengajukannya kepada audiens Anda.
6. Hypophora
Terkadang, mengundang audiens Anda untuk merenungkan sebuah pertanyaan sebelum memberikan jawaban kepada mereka dapat memberikan dampak positif pada cara mereka memproses informasi tersebut. Strategi retorika ini disebut dengan hipofora. Tidak seperti pertanyaan retorik, hypophora langsung merespons pertanyaan yang diajukan. Hal ini membuat interaksi, baik itu pidato di hadapan ribuan orang atau diskusi dengan teman, terasa lebih percakapan dan terbuka.
7. Asterismos
Perangkat retorika ini mendorong perhatian audiens dengan memulai pernyataan dengan kata atau frasa yang memerintah. Ini adalah sesuatu yang menarik perhatian penerima dan membuat mereka merasa penting untuk memahami apa yang dikatakan pembicara.
8. Personification
Personifikasi adalah strategi yang mirip dengan metafora karena merupakan cara yang kreatif dan menarik untuk mengilustrasikan suatu hal. Namun, personifikasi secara khusus mengacu pada pemberian karakteristik manusia pada konsep yang tidak manusiawi. Perangkat retorika ini akan sering terlihat dalam literatur tertulis dan puisi. Ini memberikan cara yang inovatif dan menarik untuk melihat ide yang sudah dikenal.
9. Procatalepsis
Banyak orang mungkin berpikir bahwa mengungkapkan kemungkinan keberatan penerima selama pidato atau esai persuasif dapat merusak peluang Anda untuk mempengaruhi pendapat mereka. Namun, mengungkapkan persepsi negatif yang mungkin dimiliki audiens sebenarnya bisa sangat membantu dalam persuasi. Hal ini menunjukkan bahwa Anda telah mempertimbangkan sudut pandang alternatif dan memiliki tanggapan yang telah dipersiapkan. Jika Anda mengantisipasi kekhawatiran audiens Anda, menyajikannya untuk diskusi bersama dengan solusi dapat memperkuat kepercayaan mereka terhadap apa yang Anda katakan.
10. Euphemism
Ketika mempresentasikan sekelompok besar orang dari berbagai latar belakang, beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap frasa atau kata-kata kasar tertentu. Untuk menghindari menyinggung perasaan siapa pun yang ingin mereka bujuk, banyak pembicara dan penulis akan menggunakan eufemisme untuk meringankan intensitas pokok bahasan atau frasa. Eufemisme digunakan untuk mempertahankan nada dan pendekatan kesopanan.
Kesimpulan
Di dunia di mana komunikasi yang efektif adalah kunci kesuksesan pribadi dan profesional, memahami dan menggunakan strategi retorika sangatlah penting. Strategi retorika adalah instrumen penting dalam komunikasi, yang memungkinkan pembicara dan penulis untuk membujuk, memberi informasi, dan melibatkan audiens mereka secara efektif. Dengan menggunakan teknik seperti logos, ethos, dan pathos, komunikator dapat menarik rasa kredibilitas, emosi, dan logika audiens mereka.
Selain itu, alat seperti metafora, analogi, dan pengulangan dapat meningkatkan kejelasan dan dampak dari sebuah pesan. Menguasai strategi ini tidak hanya meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide, namun juga menumbuhkan pemikiran kritis dan keterampilan analitis baik bagi pengirim maupun penerima pesan.
Untuk membaca artikel lain pada Look Media blog, klik pada tautan berikut. Look Media Blog.