Interviewing Skill: Cara Memilih Karyawan Dengan Tepat dan Baik
Memilih karyawan yang tepat adalah langkah penting untuk memastikan kesuksesan sebuah organisasi. Karyawan yang tepat tidak hanya membantu pekerjaan berjalan lancar, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan perusahaan secara keseluruhan. Namun, menemukan kandidat terbaik sering kali tidak mudah.
Dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam proses wawancara dengan interviewing skill untuk memilih karyawan terbaik.
Persiapan Sebelum Interview
Persiapan yang matang adalah kunci keberhasilan sebuah wawancara. Sebagai interviewer, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan sebelum pertemuan dengan kandidat:
1. Memahami Kebutuhan Posisi
Sebelum bertemu kandidat, pewawancara harus memahami dengan jelas deskripsi pekerjaan dan kualifikasi yang dibutuhkan. Hal ini mencakup keterampilan teknis, pengalaman kerja, serta kompetensi lain yang relevan.
2. Menyusun Daftar Pertanyaan
Susun pertanyaan yang sistematis dan berfokus pada kompetensi yang ingin dinilai. Pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis:
- Pertanyaan Umum: Digunakan untuk mengenal kandidat
- Pertanyaan Teknis: Menilai keterampilan atau kemampuan spesifik kandidat.
- Pertanyaan Perilaku: Menggunakan metode STAR (Situation, Task, Action, Result) untuk menggali pengalaman kandidat di masa lalu.
- Pertanyaan Situasional: Memberikan skenario untuk melihat kemampuan berpikir kandidat dalam situasi tertentu.
3. Menyiapkan Alat Penilaian
Buat sistem penilaian yang objektif untuk mengevaluasi kandidat. Penilaian ini dapat berbentuk skor atau peringkat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, seperti:
- Pengalaman Kerja
- Kemampuan Teknis
- Kemampuan Komunikasi
- Kesesuaian dengan Budaya Perusahaan
Dengan persiapan yang matang, interviewer akan lebih mudah memilih kandidat karyawan yang tepat untuk organisasinya.
Pelaksanaan Interview
Ketika pelaksanaan wawancara, ada beberapa hal yang bisa di lakukan interviewer agar mendapat hasil yang maksimal dan memuaskan, di antaranya :
1. Terapkan Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan yang sama untuk semua kandidat. Ini memastikan penilaian yang adil dan objektif karena setiap jawaban dapat dibandingkan secara langsung. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya difokuskan pada kompetensi pekerjaan dan pengalaman kandidat, bukan hanya aspek pribadi.
- Contoh Pertanyaan: “Ceritakan tentang pengalaman Anda mengelola proyek yang memiliki tenggat waktu ketat dan bagaimana Anda menyelesaikannya?”
2. Gunakan Pendekatan Berbasis Perilaku
Pertanyaan berbasis perilaku atau behavioral interview bertujuan untuk menggali perilaku kandidat dalam situasi masa lalu. Prinsip dasar metode ini adalah perilaku di masa lalu sering kali dapat memprediksi perilaku di masa depan. Dengan meminta kandidat untuk memberikan contoh pengalaman nyata, interviewer dapat menilai kemampuan mereka dalam menghadapi masalah, bekerja sama dalam tim, dan menyelesaikan tugas.
- Contoh Pertanyaan: “Ceritakan situasi ketika Anda menyelesaikan konflik dalam tim. Apa peran Anda dan bagaimana hasilnya?”
Dengan pertanyaan ini, interviewer dapat menilai kemampuan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi, dan peran kepemimpinan kandidat.
3. Ciptakan Suasana Wawancara yang Nyaman
Banyak kandidat mengalami kecemasan saat menghadapi proses wawancara, yang sering kali berdampak pada kualitas jawaban mereka. Oleh karena itu, interviewer perlu menciptakan suasana yang lebih ramah dan mendukung agar kandidat merasa nyaman. Kenyamanan ini memungkinkan interviewer menilai kandidat dengan lebih akurat, karena jawaban yang diberikan akan mencerminkan kemampuan dan kepribadian mereka secara lebih jujur.
4. Gunakan Kerangka STAR untuk Evaluasi
Salah satu metode efektif dalam menilai jawaban kandidat adalah menggunakan kerangka STAR, yaitu:
- Situation: Kandidat menggambarkan situasi atau tantangan yang dihadapi.
- Task: Peran atau tanggung jawab yang harus diselesaikan dalam situasi tersebut.
- Action: Langkah konkret yang diambil untuk menyelesaikan tugas atau masalah.
- Result: Hasil dari tindakan yang dilakukan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Contoh Pertanyaan: “Ceritakan proyek yang paling menantang yang pernah Anda tangani”.
Dengan metode ini, interviewer dapat mengevaluasi kemampuan teknis dan non-teknis kandidat secara lebih mendalam dan sistematis.
5. Kurangi Bias dalam Proses Penilaian
Bias dalam wawancara dapat memengaruhi objektivitas dalam menilai kandidat. Bias dapat muncul dari kesan awal atau aspek personal lainnya yang tidak relevan dengan posisi pekerjaan. Untuk meminimalkan bias:
- Fokus pada kompetensi pekerjaan dan relevansi jawaban.
- Hindari pertanyaan yang bersifat diskriminatif atau berhubungan dengan aspek personal yang tidak terkait pekerjaan.
- Gunakan skala penilaian yang jelas untuk mengevaluasi setiap jawaban kandidat.
Pendekatan ini membantu memastikan setiap kandidat dinilai berdasarkan kemampuan, bukan faktor subjektif.
6. Akhiri dengan Pertanyaan Penutup
Selalu beri kesempatan kepada kandidat untuk bertanya. Ini memberikan gambaran tentang minat kandidat terhadap posisi dan perusahaan. Pertanyaan dari kandidat juga bisa menjadi indikator motivasi mereka. Akhiri wawancara dengan menjelaskan tahapan selanjutnya dalam proses rekrutmen. Transparansi ini akan memberikan kesan profesional dan menghargai usaha kandidat.
Kesalahan Umum Yang Harus Dihindari Selama Proses Interview
Saat melakukan wawancara, Interviewer dapat melakukan kesalahan yang dapat berdampak negatif pada proses seleksi. Berikut ini adalah beberapa kesalahan umum yang harus dihindari:
1. Terlalu Cepat Menilai
Membuat penilaian secara cepat berdasarkan kesan pertama adalah kesalahan yang sering terjadi. Hal ini bisa menyebabkan kandidat berkualitas terabaikan hanya karena faktor subjektif yang muncul di awal pertemuan. Interviewer harus tetap berpikiran terbuka dan memberikan waktu bagi kandidat untuk menunjukkan potensi mereka selama wawancara berlangsung. Fokus pada kualifikasi, pengalaman, dan jawaban yang diberikan, bukan hanya kesan permukaan.
2. Tampil Tidak Tertarik atau Terganggu
Bahasa tubuh dan perhatian interviewer memiliki dampak besar terhadap kenyamanan kandidat. Sikap seperti sering melihat ponsel, tidak melakukan kontak mata, atau menunjukkan ketidaktertarikan dapat membuat kandidat merasa tidak dihargai. Interviewer sebaiknya berinteraksi secara aktif dengan mendengarkan, mengangguk, dan memberikan respons yang sesuai. Dengan demikian, suasana wawancara menjadi lebih profesional dan kandidat merasa dihormati.
3. Gagal Meninjau Materi Kandidat
Memasuki sesi wawancara tanpa membaca resume atau materi kandidat terlebih dahulu adalah tanda kurangnya persiapan. Hal ini bisa menghambat terjalinnya komunikasi yang baik dan mengurangi kesempatan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Dengan meninjau materi kandidat sebelumnya, pewawancara dapat menyusun pertanyaan yang relevan, menciptakan suasana yang lebih personal, dan memahami latar belakang kandidat dengan lebih baik.
4. Mengajukan Pertanyaan Robotik
Mengandalkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan memang membantu menjaga struktur wawancara. Namun, jika dilakukan secara kaku, sesi wawancara bisa terasa impersonal dan monoton. Pewawancara sebaiknya membiarkan alur percakapan mengalir secara alami dengan menyesuaikan pertanyaan berdasarkan respons kandidat. Pertanyaan lanjutan yang spesifik dapat membantu menggali lebih dalam tentang pengalaman, keterampilan, dan pemikiran kandidat.
5. Tidak Siap Menghadapi Pertanyaan Kandidat
Wawancara adalah proses dua arah, di mana kandidat juga berhak mengajukan pertanyaan terkait peran, perusahaan, atau budaya kerja. Pewawancara yang tidak siap menjawab pertanyaan tersebut dapat memberikan kesan negatif dan menunjukkan kurangnya profesionalisme. Oleh karena itu, interviewer harus mengantisipasi pertanyaan umum dari kandidat, seperti tentang tanggung jawab pekerjaan, prospek karier, atau nilai-nilai perusahaan, serta siap memberikan jawaban yang jelas dan informatif.
Kesimpulan
Memilih karyawan yang tepat dengan keterampilan wawancara membutuhkan kombinasi persiapan yang matang, pelaksanaan wawancara yang terstruktur, serta evaluasi yang objektif dan adil. Penting bagi interviewer untuk memahami kebutuhan posisi, menyusun pertanyaan relevan yang menggali kompetensi kandidat, serta menciptakan suasana wawancara yang nyaman untuk mendapatkan respons yang jujur dan akurat. Dengan menghindari kesalahan umum seperti bias penilaian dan kurangnya persiapan, perusahaan dapat mengidentifikasi kandidat yang memiliki kualifikasi terbaik dan sesuai dengan budaya organisasi, sehingga berkontribusi pada keberhasilan jangka panjang perusahaan.
Untuk membaca artikel lain pada Look Media blog, klik pada tautan berikut. Look Media Blog.