Toxic Workplace: Ciri-ciri dan 5 Cara Mengatasinya
“Gila, nggak kuat gue kerja di sana. Tempatnya toxic parah!”
Pernah mendengar temanmu ada yang curhat seperti itu? Atau jangan-jangan kamu yang pernah curhat seperti itu? Kalau kamu adalah orang yang sudah bekerja, istilah toxic workplace mungkin sudah tidak asing lagi untuk kamu.
Seringnya terjadi pertengkaran di tempat kerja, atasan yang suka marah-marah, karyawan yang merasa tidak dihargai, “tukang gosip” yang tidak bisa dikontrol adalah beberapa hal yang dapat menggambarkan istilah toxic workplace. Bekerja di lingkungan yang toxic tentu dapat mempengaruhi kesehatan mental kamu. Biasanya, kalau kesehatan mental kamu terganggu maka kesehatan fisik kamu juga akan ikut terganggu. Waduh, bahaya kan?
Tapi, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan toxic workplace? Lalu, bisa nggak sih kita membuat tempat kerja kita supaya nggak toxic?
Untuk mengatasi atau bahkan mencegah adanya toxic workplace, yuk kita ketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan toxic workplace dan bagaimana tanda-tandanya.
Apa itu Toxic Workplace?
Pada tahun 60’an, istilah “toxic” digunakan dalam suatu tempat kerja untuk menggambarkan tempat kerja yang memiliki bahaya racun dalam bentuk bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker dan mikroba yang menular. Namun, pada tahun 80’an istilah tersebut diperluas hingga mencakup tentang perilaku dan peraturan di tempat kerja.
Itulah mengapa sekarang kita lebih mengenal istilah toxic workplace sebagai sebuah sebutan atau istilah untuk menggambarkan kondisi lingkungan kerja yang membuat orang tidak nyaman untuk bekerja, bahkan hingga dapat mengganggu kesehatan mental orang-orang di dalamnya.
Tanda-tanda Toxic Workplace
Apakah kamu khawatir bahwa kamu bekerja di lingkungan yang toxic? Seperti apa lingkungan kerja yang toxic itu? Berikut ini adalah tanda-tanda toxic workplace.
1. Komunikasi yang Buruk
Komunikasi yang buruk merupakan salah satu penyebab dari banyaknya masalah di tempat kerja. Maka dari itu, kita tahu bahwa keterampilan berkomunikasi itu sangat penting dan dibutuhkan di setiap organisasi ataupun perusahaan. Komunikasi yang buruk dapat terlihat dari komunikasi yang tidak efektif, bersifat pasif-agresif, serta miskomunikasi yang tidak diperbaiki.
Untuk membangun komunikasi yang baik, yuk coba baca artikel berikut ini: Keterampilan Komunikasi untuk Menjadi Profesional yang Hebat
2. Gosip Antarkaryawan
Umumnya, gosip berisi tentang hal-hal yang negatif. Karyawan yang bergosip sebenarnya bukanlah hal yang asing untuk ditemukan di suatu tempat kerja. Namun, apabila gosip antara karyawan ini mengganggu produktivitas dan kinerja, baik orang yang bergosip ataupun orang yang “digosipin”, maka lingkungan kerja tersebut sudah dapat dikatakan sebagai toxic workplace. Bukan hanya mengganggu produktivitas dan kinerja, gosip juga dapat mengganggu kesehatan mental orang yang menjadi subjek pembicaraannya.
3. Kepemimpinan yang Buruk
Kepemimpian yang buruk biasanya dapat dirasakan dengan jelas oleh orang-orang yang dipimpin, dan hal tersebut dapat terlihat dengan jelas dari sikap atau perilaku sang pemimpin. Beberapa di antaranya adalah dia menunjukkan sikap egois, tidak menyukai perubahan (baik perubahan negatif ataupun positif), tidak bisa memimpin dirinya sendiri, tidak mau dikritik, hingga marah-marah tanpa alasan yang jelas.
4. Rekan Kerja yang Tidak Bersemangat
“Ah, dia aja dari tadi males-malesan, ngapain sih aku rajin-rajin”, mungkin adalah hal yang kamu pikirkan saat melihat rekan kerjamu bermalas-malasan, sehingga membuat kamu ikut bermalas-malasan juga saat bekerja. Hal itu disebabkan karena orang-orang yang berada lingkungan tempat kita kerja dapat mempengaruhi motivasi kita dalam melakukan pekerjaan. Itulah alasan mengapa rekan kerja yang tidak bersemangat, bermalas-malasan, ataupun procrastinating dapat membuat tempat kerjamu mejadi toxic workplace.
5. Pergantian Karyawan yang Cepat
Pergantian karyawan (employee turnover) yang cepat merupakan salah satu pertanda bahwa tempat kerja itu toxic. Resign merupakan hal yang sulit untuk dilakukan jika mendapatkan gaji yang sesuai dan nyaman bekerja di tempat tersebut. Tetapi, kalau orang-orang yang belum lama kerja di tempat tersebut banyak yang resign, maka pasti ada sesuatu yang membuat mereka merasa benar-benar tidak nyaman. Sebaliknya, jika karyawan terus-menerus diberhentikan atau dipecat, ini bisa menjadi tanda beberapa elemen toxic lainnya.
Tingkat turnover yang tinggi biasanya berarti ada disorganisasi, kurangnya arahan, kepemimpinan yang buruk, atau sedikitnya peluang. Namun untuk memastikan hal tersebut, sebaiknya kamu coba berbicara dengan beberapa karyawan yang keluar, dipecat, atau diberhentikan.
6. Tidak Ada Keseimbangan Kehidupan Kerja
Keseimbangan kehidupan kerja dengan kehidupan pribadi itu sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental kamu. Tentu saja kamu tidak mungkin selalu available setiap saat untuk melakukan pekerjaanmu, tapi terkadang hal-hal menyangkut pekerjaan muncul pada saat yang tidak tepat.
Seorang atasan yang menelpon untuk membahas tentang pekerjaan setelah jam makan malam, email yang diharapkan untuk dibalas ketika hari libur, atau diwajibkan ikut meeting ketika kamu sedang cuti sakit adalah beberapa contoh peristiwa yang dapat merusak keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan pribadi kamu. Mungkin bisa saja kita maklumi apabila keadaan tersebut urgent, tapi apabila hal ini sering terjadi dan secara terus-menerus maka dapat dikatakan lingkungan pekerjaan tersebut toxic.
7. Tujuan yang Tidak Jelas
Toxic workplace tidak memiliki tujuan yang jelas, atau telah melupakan tujuannya karena mengejar pertumbuhan dan keuntungan finansial. Pada skala yang lebih kecil, yaitu karyawan perusahaan secara individu, mereka tidak memiliki tujuan yang jelas dan tidak dikomunikasikan dengan baik. Hal ini menyebabkan orang merasa tersesat dalam jalur karir mereka.
8. Tidak Bebas Berpendapat
Tidak adanya kebebasan untuk berpendapat menjadi salah satu pertanda bahwa tempat kerja tersebut toxic. Pengambilan keputusan yang hanya bersifat top-down, aspirasi yang tidak boleh disuarakan, kritik yang dibungkam merupakan beberapa gambaran dari tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Perlu kamu ketahui bahwa pada lingkungan yang tidak membebaskan orang-orangnya untuk berpendapat, biasanya dapat menghambat pertumbuhan suatu organisasi ataupun perusahaan tersebut.
Penyebab Suatu Tempat Kerja Menjadi Toxic
Berikut ini adalah 4 hal umum yang membuat suatu tempat kerja menjadi toxic:
- Suatu organisasi ataupun perusahaan yang belum menciptakan atau mengkomunikasikan nilai-nilai di lingkungannya dengan jelas dapat memberikan sumbangan toksisitas pada lingkungan tersebut.
- Kebijakan atau prosedur yang buruk dan tidak jelas dapat menyebabkan karyawannya bingung dan akhirnya membenci hal yang menjadi tanggung jawabnya.
- Komunikasi yang buruk dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan antar rekan kerja, baik karena kurangnya komunikasi dari pimpinan ataupun gosip yang beredar.
- Terlalu banyak hal yang dipikirkan, stres, kasus pelecehan baik verbal maupun non-verbal, serta situasi yang mengintimidasi dapat menyebabkan toxic untuk “tumbuh dengan subur” di lingkungan tersebut.
Maka dari itu, organisasi atau perusahaan tersebut harus memperhatikan tanda-tanda mulai lahirnya budaya toxic di lingkungan tersebut. Termasuk ulasan online negatif tentang perusahaan, keengganan untuk bergabung atau berubah, gosip yang merajalela, atau menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri.
Penyebab suatu tempat kerja menjadi toxic juga tidak terlepas dari orang-orang yang berada di dalamnya. Menurut Linnda Durre dalam bukunya yang berjudul “Surviving the Toxic Workplace”, berikut ini adalah 12 kategori orang toxic di lingkungan kerja.
1. The Socially Clueless
The socially clueless merupakan sebutan untuk orang-orang dengan kemampuan sosial yang buruk, biasanya mereka kasar, tidak sopan, tidak sensitif, canggung, atau merupakan kombinasi di antara sifat tersebut. Orang-orang ini mungkin tidak menyadari isyarat dan aturan sosial yang normal, atau mereka sebenarnya tahu tapi sengaja tidak mempedulikannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka berperilaku seperti itu karena sejumlah alasan: untuk menggunakan informasi yang mereka dapatkan untuk melawan orang lain, mendiskreditkan seseorang, atau hanya untuk membicarakan sesuatu yang “menarik”. Mereka mungkin terlihat bodoh atau tidak tahu apa-apa, tapi banyak di antara mereka merupakan orang yang “ganas”, licik, dan pendendam.
Untuk menangani orang seperti ini secara efektif, kamu harus memperhatikan dan mengumpulkan bukti-bukti kesalahan mereka, seperti email, dokumen, atau saksi yang akan membela kamu sehingga kamu dapat menghadapi orang seperti ini dengan fakta. Kamu harus sopan dan tidak berbelit-belit, dan biarkan orang itu tahu bahwa kamu mengetahui apa yang telah dia lakukan. Jangan terbuai oleh penolakan, permintaan maaf, penjelasan, atau jawaban “Ya, tapi…”, karena semua itu biasanya hanya omong kosong dan dia akan melakukannya lagi.
2. The Work Interferers
Orang-orang dalam kategori ini memiliki kebiasaan yang annoying, gaya kerja yang menyusahkan, dan kepribadian yang dapat mengganggu hari-harimu, mengganggu kamu bekerja, dan menyebabkan kamu menunda pekerjaanmu. Cara mereka mengganggu kamu bisa dengan berbagai hal, mulai dengan bau-bauan yang tidak sedap, hingga suara dan bunyi-bunyian yang mengganggu untuk didengar. Ada juga yang mengganggu dengan selalu mengajakmu mengobrol, mood yang sering berubah-ubah, dan selalu datang terlambat.
Perilaku mereka yang mengganggu ini biasanya didasarkan pada campuran hal-hal berikut: takut pada kesuksesan atau kegagalan, ragu-ragu untuk menerima tanggung jawab, ketergantungan pada orang lain, atau kombinasi dari sifat-sifat ini dan lainnya. Orang-orang seperti ini harus disadarkan bahwa hal-hal yang mereka lakukan itu mengganggu dan harus dihentikan. Untuk menghadapi orang seperti ini, kamu harus bersikap tegas dan memberikan batasan kepada mereka. Jika diskusimu dengan mereka tidak menghasilkan perubahan, maka pergilah ke atasanmu atau HR tempatmu bekerja.
3. The Uncommitted
The Uncommitted biasanya adalah orang-orang yang tidak menyukai pekerjaannya, malas-malasan, orang-orang yang memprioritaskan hobinya, dan benar-benar hanya mengerjakan kewajiban dalam pekerjaannya saja. Kalau pulang, mereka selalu “tenggo” alias teng (jam pulang) langsung go (pergi). Rasa tertarik, energi, dan komitmen mereka terletak di tempat lain, seperti band musik mereka, kekasih, atau bahkan pekerjaan lain. Orang-orang seperti ini biasanya bekerja dengan lambat, membiarkan segala sesuatunya lolos, bekerja dengan standar paling minimal untuk memuaskan bos, dan pergi. Atau mereka bekerja cepat, namun melakukan kesalahan karena terburu-buru dan tidak memperhatikan. Mereka biasanya tidak terlibat dalam kegiatan sosial apa pun yang dapat dihindari, dan mereka cenderung mengasingkan diri dalam pekerjaan.
Ketika rekan kerjamu menunjukkan kurangnya komitmen dengan pekerjaannya, dan memengaruhi kamu, maka hal itu menjadi pilihan kamu untuk menanganinya atau tidak. Salah satu cara untuk menanganinya adalah kamu bisa memberi tahu atasan dan HR tentang sikap kerja yang buruk mereka.
4. The Angry Ones
Kelompok orang pemarah ini biasanya disebabkan atas dasar kebencian, kekecewaan, dan harapan yang tidak terpenuhi selama bertahun-tahun. Berurusan dengan mereka berpotensi berbahaya karena kemarahannya bisa saja menyebabkan kekerasan fisik. Kalau kamu tidak ingin menjadi sasaran kemarahan mereka, baik verbal maupun fisik, kamu bisa memperlakukan mereka dengan bijaksana dan lembut.
5. The Politically Incorrect
Orang-orang yang memiliki prasangka umumnya disebabkan oleh rasa takut karena mereka telah merasakan pengalaman negatif dengan beberapa orang dan menggeneralisasi pengalaman tersebut dengan orang lain. Memberikan pemahaman, sabar, bersikap ramah, dan memberikan batasan yang tegas adalah cara terbaik untuk digunakan dengan kelompok orang ini.
6. The Victims
The Victims secara keliru telah belajar dari orang tua, guru, saudara, dan orang lain selama masa kecil mereka bahwa mereka tidak memiliki kekuatan, tidak dapat mengubah apa pun, dan tidak boleh berbicara dan menyuarakan pendapat mereka. Mereka menuntut perhatian, pasif, ketakutan, dan merasa tidak memiliki kekuatan. Mereka dapat membuat kamu merasa bersalah, membuat kamu merasa bahwa masalah mereka adalah karena kesalahan kamu, dan membuat kamu merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan mereka. Banyak dari mereka adalah manipulator yang pintar dan beberapa orang sama sekali tidak menyadari permainan yang mereka mainkan.
Berhati-hatilah untuk tidak membiarkan mereka mengorbankan kamu atau diri mereka sendiri. Kamu harus waspada dengan kelompok orang ini setiap saat dan bersikap tegas dalam berurusan dengan mereka, menunjukkan bagaimana, di mana, dan kapan mereka melakukan tugas-tugas mereka.
7. The Rescuers
The Rescuers selalu mencari orang untuk ditolong. Mereka merasa butuh untuk menjadi orang yang selalu benar dan menjadikan diri mereka tak tergantikan. Mereka secara sadar atau tidak sadar bekerja untuk membuat rekan-rekan kerjanya bergantung pada mereka, dan mereka akan mengambil alih dan mendominasi situasi bahkan ketika kamu tidak memerlukan bantuan mereka.
Ketika kamu mempunyai masalah, mereka akan bergegas seperti superhero dan menyelamatkan kamu. Maka dari itu, kamu perlu untuk menetapkan batas, bersikap bijaksana dan tegas, dan coba untuk tidak membiarkan mereka melakukan hal-hal “baik” untuk kamu agar mereka tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu.
8. The Saboteurs
“Tukang Sabotase” bisa menipu, melakukan hal jahat, dan bahkan bisa saja ternyata dia adalah seorang sosiopat. Mereka adalah penjahat kantor, dan mereka tampaknya menerima peran itu. Perbuatan buruk yang mereka lakukan biasanya adalah perbuatan yang disengaja, baik direncanakan ataupun secara spontan. Jika kamu menegur mereka, mereka mungkin akan berbohong atau menyangkal apa yang telah mereka lakukan, dan protes bahwa mereka tidak bersalah dan menanyakan bagaimana bisa kamu menuduh mereka melakukan perilaku seperti itu. Oleh karena itu, dokumentasikanlah semuanya (email, catatan telepon, surat, dan lainnya).
Berhati-hatilah dalam berurusan dengan kelompok ini. Beberapa di antaranya memiliki karakteristik kepribadian sosiopat atau psikopat, yang juga disebut sebagai kepribadian antisosial dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, atau DSM IV, yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
9. The Politicians
Politik kantor adalah tentang kekuasaan. Siapa yang memilikinya, siapa yang tidak memilikinya, dan siapa yang ingin mendapatkannya. Kekuasaan, seperti halnya uang, bersifat netral. Bagaimana cara kamu menggunakannyalah yang membuat perbedaan. Jadi perhatikan dan dengarkan dinamika kekuatan di tempat kerja kamu sebelum kamu mengatakan apa pun atau berkomentar tentang seseorang karena hal itu dapat berubah dalam sekejap.
10. The Sexually Suggestive
Kelompok Sexually Suggestive memiliki taktik, maksud, dan tujuan yang sama dengan Politisi, termasuk manipulasi, penyuapan, dan rayuan, dengan faktor tambahan menggunakan seksualitas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal ini dapat menimbulkan pertengkaran karena kecemburuan dan kecurigaan. Orang-orang dalam kelompok ini bisa sangat licik dan manipulatif. Jika mereka ketahuan, mereka dapat mencoba menjebak kamu untuk disalahkan. Jadi, sekali lagi, dokumentasikanlah semua hal terkait pekerjaan.
11. The Obsessive
The Obsessives dicirikan oleh beberapa karakteristik berikut: terlalu detail, kompulsif, hoarding, perfeksionis, dan ketekunan yang kaku. Mereka menuntut orang lain untuk setuju dengan mereka, melakukan apa yang mereka katakan, dan menuruti keinginan mereka. Mereka mungkin memiliki orang tua yang menuntut anak-anaknya menerima sistem kepercayaan mereka tanpa pertanyaan, dan kasih sayang yang bersyarat, kepatuhan, serta kesempurnaan. Orang obsesif biasanya memiliki semacam trauma dalam hidup mereka. Mereka juga mungkin memiliki kepribadian adiktif, yang biasanya disertai dengan fisiologi, metabolisme, dan proses berpikir yang berbeda dari orang lain. Orang-orang seperti ini pantas mendapatkan simpati kamu. Namun, kamu jangan sampai menanggung kesedihan yang mereka berikan.
12. The Addicts
Kecanduan adalah suatu penyakit yang melibatkan minuman keras, obat-obatan terlarang, belanja, makanan, perjudian, dan seks. Ini juga termasuk cinta, olahraga, pekerjaan, mengumpulkan barang-barang, menimbun, dan banyak lagi. Pecandu berada dalam penyangkalan dan membutuhkan bantuan, bimbingan, dan kasih sayang. Kamu mungkin perlu melaporkan perilaku mengganggu mereka ke HR. Karena sering kali direktur dan perwakilan HR dilatih untuk mengatasi kecanduan, dengan menempatkan orang tersebut dalam skors, memerintahkannya ke rehabilitasi, bekerja sama dengan perusahaan asuransi untuk menanggung biaya perawatan, bekerja dengan ahli intervensi, dan cara lain untuk mendukung pemulihan orang tersebut.
Apa yang Harus Kamu Lakukan Apabila Kamu Bekerja di Tempat yang Toxic?
Kamu sudah mengetahui bagaimana menangani berbagai kategori orang yang toxic dari penjelasan di atas, tapi masih ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika kamu merasa bahwa kamu bekerja di tempat yang toxic. Antara lain adalah sebagai berikut:
1. Carilah rekan-rekan kerjamu yang merasakan hal yang sama denganmu
Cobalah untuk membangun relasi dengan rekan-rekan kerja yang merasakan hal yang sama denganmu, pastikan dia orang yang bisa dipercaya. Karena paling tidak, kalian bisa saling menjaga satu sama lain.
2. Lakukan hal-hal yang bisa mengurangi stres setelah kamu bekerja
Pergilah ke gym, bermain game, belajar hal-hal baru, atau lakukanlah hal-hal lain yang dapat membantumu untuk mengurangi stres. Kuncinya adalah untuk membantu kamu menjaga keseimbangan antara stres dari kehidupan kerja dengan kesenangan dari kehidupan pribadi kamu agar kamu tetap kuat untuk menjalani hari demi hari.
3. Buatlah to-do-list untuk menyibukkan dirimu sendiri
Suatu to-do-list dapat membantu kamu untuk tetap fokus ke kerjaan kamu daripada suasana toxic di tempat kerja kamu.
4. Dokumentasikan segala hal yang kamu kerjakan
Simpanlah email-email penting pekerjaan kamu, catatlah keputusan-keputusan yang diambil saat meeting, rekamlah percakapan kamu ketika menelpon adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mendokumentasikan segala hal yang kamu kerjakan. Penting untuk melakukan hal ini agar kamu tidak menjadi “kambing hitam” apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, karena lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal.
5. Buatlah rencana untuk resign
Ketika kamu sudah berusaha untuk tetap bertahan, tapi ternyata tidak ada perubahan dan kamu sudah tidak kuat, resign adalah pilihan paling tepat. Lebih baik kamu keluar dari lingkungan yang toxic daripada kesehatan mental dan fisikmu terancam. Sambil menunggu tanggal resmi kamu keluar, mulailah mencari pekerjaan baru. Mencari pekerjaan akan membantu kamu tetap positif ketika keadaan menjadi sulit.
Kesimpulan
Tempat kerja yang toxic memang bukan lagi hal yang asing untuk kamu yang sudah bekerja. Kamu bisa mengetahui apakah tempatmu bekerja toxic atau tidak dengan memperhatikan suasana dan orang-orang di dalamnya. Namun, bekerja di tempat yang toxic sebenarnya tidak terlalu buruk apabila apa yang kamu dapatkan sepadan dengan pekerjaan kamu dan kamu bisa mengatasi suasana dan memperlakukan orang-orangnya dengan tepat. Tetapi, kesehatan mental dan fisik kamu tetap harus diprioritaskan. Apabila kamu sudah tidak kuat bekerja di tempat yang toxic, resign adalah pilihan terbaik.
Untuk membaca artikel lain pada Look Media blog, klik pada tautan berikut. Look Media Blog.