Legitimate Power: Kunci Menciptakan Struktur dan Disiplin di Tempat Kerja

Dalam setiap bentuk hubungan, selalu ada dinamika kekuasaan. Ada orang yang memiliki kehadiran kuat sehingga mampu memancarkan wibawa dan menuntut kepatuhan. Ada pula yang secara alami berpengaruh terhadap timnya, sementara sebagian lainnya menggunakan cara manipulatif untuk mencapai keinginannya. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan hadir dalam berbagai bentuk dan dapat digunakan dengan cara yang berbeda. Meski terdapat batas tipis antara penggunaan kekuasaan yang efektif dan penyalahgunaan kekuasaan, seorang pemimpin yang baik harus mampu memahami serta menerapkan Legitimate Power secara etis untuk mendorong hasil yang diinginkan dalam tim.
Apa Itu Legitimate Power?
Kekuasaan yang sah (legitimate power) adalah wewenang yang diberikan kepada seseorang berdasarkan posisi atau peran resminya dalam sebuah organisasi atau struktur sosial. Bentuk kekuasaan ini dianggap sah karena diakui dan diterima oleh orang lain dalam sistem tersebut.
Aspek utama dari legitimate power meliputi:
- Berasal dari jabatan atau posisi resmi
- Diakui serta diterima oleh anggota organisasi atau masyarakat
- Memberikan hak untuk memberi perintah dan mengharapkan kepatuhan
Contoh penggunaan legitimate power, antara lain:
- Manajer yang memimpin karyawan
- Pejabat terpilih yang memerintah warga negara
- Guru yang mengarahkan murid Perwira militer yang memberi komando kepada bawahannya
Jenis-jenis Power Lain Dalam Kepemimpinan
Setelah memahami apa itu kekuasaan yang sah (legitimate power) dalam kepemimpinan, kini saatnya membahas bentuk-bentuk kekuasaan lain yang juga hadir dalam kepemimpinan.
Coercive Power (Kekuasaan Koersif):
Kekuasaan ini berasal dari kemampuan untuk memberikan hukuman ketika seseorang tidak patuh. Dengan kata lain, rasa takut terhadap hukuman menjadi sumber motivasi dan kerja sama. Bentuk kekuasaan ini sering digunakan sebagai alat untuk mengendalikan atau mendominasi. Contohnya, seorang manajer yang mengancam akan menurunkan jabatan, memberhentikan, atau menahan gaji karyawan jika mereka tidak memenuhi standar atau target tertentu.
Expert Power (Kekuasaan Ahli):
Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. Seorang pemimpin dapat memiliki expert power karena penguasaan yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Tidak hanya pemimpin, karyawan juga bisa memiliki bentuk kekuasaan ini, terutama ketika mereka memiliki keahlian teknis yang penting bagi organisasi. Misalnya, seorang kepala koki di restoran yang merancang resep menu andalan juga memegang kekuasaan ahli karena keahliannya yang unik.
Referent Power (Kekuasaan Referen):
Kekuasaan ini diperoleh melalui rasa hormat, kekaguman, atau rekam jejak keberhasilan yang dimiliki seseorang. Sering disebut juga sebagai kharisma, kekuasaan ini muncul dari kemampuan menjadi teladan yang baik dan mampu menarik loyalitas serta komitmen orang lain.
Reward Power (Kekuasaan Imbalan):
Kekuasaan ini berasal dari kemampuan memberikan hadiah, penghargaan, atau insentif sebagai pengakuan atas usaha atau kepatuhan. Agar efektif, hadiah yang diberikan harus bernilai penting atau sulit didapatkan oleh pihak yang dipengaruhi. Contohnya adalah ketika karyawan diberi penghargaan atau bonus atas kinerja luar biasa. Meski sering dianggap sebagai bentuk kekuasaan yang lemah, karena bisa saja digunakan untuk memanipulasi demi kepentingan pribadi, jika digunakan dengan tepat, reward power dapat memberikan dampak positif yang besar.
Apa Yang Sebenarnya Dimaksud Dengan Legitimate Power dan Apa Yang Bukan
Banyak orang menempati posisi yang memberi mereka kewenangan untuk menggunakan legitimate power. Posisi ini juga sering memberi hak untuk menerapkan bentuk kekuasaan lain dalam tingkat tertentu. Namun, tidak semua orang yang memiliki legitimate power benar-benar memahami cara menggunakannya secara etis untuk memengaruhi tim. Berikut beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang legitimate power.
- Legitimate power berakhir ketika jabatan atau peran berakhir. Jadi, ia bukan ukuran langsung dari pengaruh atau kemampuan kepemimpinan seseorang.
- Kekuasaan ini diberikan untuk memastikan tercapainya hasil yang efektif dalam menjalankan tanggung jawab yang lebih besar.
- Inti dari legitimate power adalah kewenangan untuk membuat keputusan dan melaksanakannya demi kemajuan tujuan organisasi.
- Memiliki legitimate power bukan berarti Anda bisa mengambil keputusan seorang diri. Masukan dari orang lain tetap harus diprioritaskan.
- Legitimate power bukanlah hak istimewa untuk menyalahgunakan orang lain demi kepentingan pribadi.
- Kekuasaan ini dapat dicabut jika pemimpin menyalahgunakannya, menjadi toxic, atau bersikap terlalu otoriter.
Legitimate Power vs. Positional Power
Anda mungkin juga pernah mendengar istilah positional power. Semua positional power merupakan bagian dari legitimate power, tetapi tidak semua legitimate power adalah positional power. Legitimate power memiliki cakupan yang lebih luas karena juga mencakup otoritas yang diakui secara sosial dan budaya, tidak terbatas hanya pada peran formal dalam organisasi.
Positional Power
Positional power adalah otoritas dan pengaruh yang dimiliki seseorang karena jabatan resminya dalam struktur organisasi. Kekuasaan ini melekat langsung pada posisi formal serta tanggung jawab yang menyertainya.
Legitimate Power
Legitimate power berasal dari peran atau posisi seseorang, baik dalam organisasi maupun masyarakat. Kekuasaan ini memberikan hak untuk mengambil keputusan dan mengharapkan kepatuhan. Legitimate power diakui serta diterima karena landasan peran formal, norma sosial, atau mandat hukum.
Hal yang Perlu Diketahui tentang Legitimate Power
Memiliki posisi dengan kekuasaan menuntut tanggung jawab yang besar serta kualitas kepemimpinan yang matang.
Meskipun berada di posisi berkuasa sering kali terlihat menarik, kenyataannya tidak selalu demikian. Banyak orang jarang memikirkan detail penting yang menyertai tanggung jawab besar tersebut.
Berikut empat hal yang perlu diperhatikan ketika Anda memiliki legitimate power.
1. Bukan untuk Kepentingan Pribadi
Kekuasaan yang dikejar semata-mata untuk keuntungan pribadi dapat menjerumuskan seseorang pada ambisi dan keinginan yang egois. Pemegang otoritas bisa kehilangan pandangan terhadap tujuan yang lebih besar dan justru berfokus pada kepentingan diri sendiri.
Legitimate power memang merupakan sebuah privilege, tetapi tidak seharusnya digunakan sebagai alat untuk menjatuhkan orang lain demi mengangkat diri sendiri.
2. Legitimate Power Saja Tidak Membuat Seseorang Menjadi Pemimpin yang Baik
Memiliki kekuasaan dan otoritas tidak otomatis menjadikan seseorang sebagai pemimpin yang baik. Pemimpin sejati adalah mereka yang berupaya memberdayakan orang-orang di sekitarnya dan mendorong kemajuan bersama.
Banyak orang memiliki legitimate power, tetapi mengabaikan kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya. Alih-alih memimpin dengan bijak, mereka justru terjebak dalam perilaku penyalahgunaan atau eksploitasi.
3. Kekuasaan Mudah Hilang
Kekuasaan sering kali membuat seseorang lupa diri. Ketika hal itu terjadi, kekuasaan mudah dianggap remeh.
Banyak orang yang memegang legitimate power lupa bahwa semua itu bisa hilang jika mereka tidak mampu menanggung tanggung jawab yang menyertainya. Jika pemegang otoritas tidak mampu menjaga sikap bijak dan tenang, maka segala pencapaian yang telah diraih bisa runtuh seketika.
Kekuasaan bersifat rapuh. Sama mudahnya diberikan, ia juga bisa dicabut kapan saja. Dampak dari kehilangan kekuasaan pun bisa jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
4. Tetap Perlu Mendengarkan Orang Lain
Sikap arogan sering kali muncul seiring dengan kekuasaan. Jika Anda berada pada posisi dengan legitimate power, dibutuhkan upaya untuk tetap terbuka terhadap pendapat dan aspirasi orang lain.
Pemimpin yang tidak mau mendengarkan orang lain pada akhirnya hanya akan menimbulkan rasa benci dan penolakan dari timnya.
Menjadi pemimpin yang baik membutuhkan keterampilan komunikasi yang kuat. Pemimpin sejati selalu mau berbagi ruang untuk berdiskusi, benar-benar mendengarkan, dan membuat orang lain merasa dihargai.
Keuntungan dari Legitimate Power
Meskipun disertai dengan tanggung jawab besar, memiliki legitimate power juga memberikan banyak keuntungan.
Dalam mengelola legitimate power, Anda dapat memilih untuk menggunakan kewenangan yang dimiliki untuk menciptakan perubahan positif. Dengan demikian, lingkungan kerja dapat berkembang lebih sehat dan produktif.
Berikut adalah beberapa keuntungan utama dari legitimate power di tempat kerja, sekaligus cara memanfaatkannya untuk kebaikan diri sendiri maupun orang lain.
1. Memudahkan Melihat Hierarki dalam Perusahaan dengan Jelas
Ketika seseorang berada pada posisi atas dalam struktur organisasi, ia dapat memahami hierarki perusahaan dengan lebih jelas. Sebaliknya, mereka yang berada di level bawah biasanya memiliki kontrol yang jauh lebih sedikit terhadap sistem tersebut, sehingga rentan mengalami eksploitasi.
Individu yang memegang posisi tinggi cenderung memiliki pemahaman yang lebih tajam tentang bagaimana sistem dalam organisasi bekerja dan bagaimana setiap bagian saling berhubungan.
2. Tetap Diterima Secara Luas
Dalam sebagian besar lingkungan kerja, sudah menjadi hal yang wajar bagi bawahan untuk menghormati atasan tanpa banyak pertanyaan. Hal ini membantu menjaga keteraturan dalam organisasi.
Karena itu, pemegang legitimate power jarang merasa khawatir bahwa instruksi atau keputusan mereka tidak akan dipatuhi.
3. Memberikan Kemampuan untuk Mempengaruhi Orang Lain
Pemegang legitimate power sebaiknya tidak menggunakan pengaruh sosial untuk kepentingan pribadi. Namun, posisi ini tetap memberikan ruang untuk memanfaatkan pengaruh secara positif.
Dengan legitimate power, Anda memiliki kesempatan untuk membantu orang lain atau mendorong perubahan penting dalam lingkungan kerja. Anda juga dapat mencapai tujuan profesional yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk tim.
4. Memungkinkan Pekerjaan Terselesaikan dengan Cepat dan Efektif
Posisi kekuasaan dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengawasi tugas-tugas sulit dengan lebih mudah dan efisien.
Mereka yang berada di posisi lain mungkin tidak memiliki akses terhadap sumber daya atau jaringan yang Anda miliki. Hal ini memberi Anda peluang untuk mendorong kemajuan yang lebih cepat dan efektif.
Kekurangan dari Legitimate Power
Memiliki kekuasaan atas orang lain bukanlah hal yang selalu mudah. Ada berbagai dampak negatif yang dapat muncul ketika seseorang berada dalam posisi untuk mengelola legitimate power.
Jadi, apa saja kelemahan dari tanggung jawab ini?
Setiap individu yang menduduki posisi otoritas perlu menyadari bahwa tantangan dan kesulitan tertentu sering kali menyertai kekuasaan tersebut.
1. Tidak Selalu Mendorong Loyalitas dan Rasa Hormat
Tidak semua orang yang memiliki kekuasaan mampu menggunakannya dengan baik. Hal ini membuat banyak orang secara naluriah merasa tidak percaya atau bahkan menolak figur otoritas.
Bahkan jika Anda sudah berusaha menunjukkan integritas, posisi kekuasaan tetap dapat menimbulkan penolakan atau ketidakpuasan, sehingga kerja sama menjadi lebih sulit terwujud.
2. Penggunaan Berlebihan Dapat Menimbulkan Ketidakpuasan dan Frustrasi
Tidak ada yang menyukai gaya kepemimpinan otoriter. Namun, dalam situasi tertentu, sulit untuk menahan diri agar tidak menggunakan kekuasaan secara berlebihan.
Sayangnya, orang-orang yang bekerja di bawah Anda biasanya tidak akan memberi banyak toleransi.
Memang benar bahwa pemimpin memiliki peran untuk menggunakan otoritasnya, tetapi jika dilakukan secara berlebihan, hal itu justru akan merusak hubungan dengan tim dan menimbulkan ketidakpuasan.
3. Dapat Menyebabkan Ketidakefektifan
Legitimate power bisa disalahgunakan dalam berbagai cara, salah satunya ketika posisi diberikan kepada seseorang yang kurang berpengalaman atau tidak cukup kompeten.
Seorang pemimpin atau manajer yang tidak memiliki keterampilan memadai cenderung membuat keputusan yang tidak efektif. Akibatnya, alih-alih mendorong kemajuan, justru tim akan mengalami hambatan dan keterlambatan.
4. Mudah Disalahgunakan
Banyak orang yang memiliki kekuasaan tidak benar-benar memahami bagaimana atau kapan menggunakannya dengan tepat untuk kebaikan.
Sayangnya, penyalahgunaan kekuasaan sering kali sulit ditahan dan mudah terjadi. Karena itu, siapa pun yang ingin membangun hubungan yang sehat dengan legitimate power harus siap berhadapan dengan suara hati dan menggunakan kekuasaan secara etis.
Gunakan Legitimate Power untuk Kebaikan
Mengelola kekuasaan dan pengaruh dengan cara yang sehat memang bisa terasa menantang. Namun, kuncinya sederhana: gunakan kekuasaan kepemimpinan Anda untuk membantu tim tumbuh dan meraih kesuksesan.
Perlu diingat, gaya kepemimpinan yang efektif tidak hanya bergantung pada legitimate power. Seorang pemimpin sebaiknya memadukannya dengan gaya kepemimpinan lain secara konstruktif dan berorientasi pada kemajuan.
Bagi sebagian orang, penggunaan legitimate power mungkin membutuhkan proses coba-coba. Namun, siapa pun dapat belajar menjadi pemimpin yang dihormati dan berhasil. Dibutuhkan waktu, pengalaman, serta bimbingan profesional untuk mencapainya.
Kesimpulan
Legitimate power adalah bentuk kekuasaan yang sah karena didasarkan pada posisi atau peran yang diakui oleh organisasi maupun masyarakat. Namun, memiliki kekuasaan bukan berarti otomatis menjadi pemimpin yang baik. Cara seorang pemimpin menggunakan kekuasaan inilah yang menentukan apakah hasilnya akan membawa manfaat atau justru menimbulkan masalah.
Ketika digunakan secara etis, legitimate power dapat menjadi alat yang kuat untuk menciptakan perubahan positif, mendorong kerja sama, dan membawa organisasi menuju tujuan yang lebih besar. Sebaliknya, jika disalahgunakan, kekuasaan ini dapat merusak kepercayaan, memicu konflik, dan menghambat perkembangan tim.
Untuk membaca artikel lain pada Look Media blog, klik pada tautan berikut. Look Media Blog.